FK Metra Kota Magelang Kolaborasi Dengan Ponpes Tidar Adakan Pagelaran Seni Santri

Pagelaran Seni Santri merupakan kolaborasi antara FK Metra Kota Magelang dibawah Diskominsta Kota Magelang bersama dengan Pondok Pesantren Tidar dalam rangka menyambut Tahun Baru Muharam 1439 Hijriyah.

Pagelaran Seni Santri merupakan kolaborasi antara FK Metra Kota Magelang dibawah Diskominsta Kota Magelang bersama dengan Pondok Pesantren Tidar dalam rangka menyambut Tahun Baru Muharam 1439 Hijriyah. Acara ini menampilkan kesenian dari Ponpes Tidar dan FK Metra Kota Magelang yaitu Kentrung Gunung mensosialisasikan Kota Layak Anak, bertempat di Ponpes Tidar Dudan Kota Magelang, Sabtu (23/09/2017).

Sekretaris FK Metra Kota Magelang, Mbilung Sarawita mengatakan bahwa Kentrung Gunung merupakan kesenian yang dekat dengan dunia santri karena merupakan kesenian dengan dasar Rebana dan Sholawatan.

Kegiatan ini masuk ke dalam kegiatan rutin tahunan dan merupakan kegiatan ke 5 kalinya. Dalam kesenian Kentrung Gunung menyelipkan pesan-pesan mengenai Kota Magelang yang sedang menuju Kota Layak Anak. Dimana Ponpes Tidar juga merupakan Ponpes ramah anak di bawah bimbingan DP4KB Kota Magelang. Dalam pagelaran tersebut hadir pula orang tua siswa siswi Ponpes Tidar yang berasal dari luar kota Magelang.

“Diharapkan dengan sosialisasi ini, para orang tua akan membawa pesan mengenai Kota Layak Anak ke daerahnya masing-masing”, ungkapnya.f

Pimpinan Ponpes Tidar, Muhammad Dzaki Zamani mengatakan bahwa pihaknya merasa senang dan bangga dengan adanya kerjasama kolaborasi acara dengan Diskominsta Kota Magelang, dalam hal ini FK Metra Kota Magelang dan berharap kegiatan tersebut akan makin membuat anak-anak di Kota Magelang makin kreatif.

Untuk penampilan Kentrung Gunung selama 30 menit yang mengangkat cerita lama dengan materi sosialisasi baru yaitu mengenai kota layak anak, yang diselipkan dalam sesi guyonan. Dalam cerita rakyat Kentrung Gunung mengangkat sejarah kali Elo yaitu dimana Raden Sunggoro merupakan mantan prajurit perang di era Pajang, yang melarikan diri di daerah gunung Merbabu dan karena terpaksa menjadi berandal dan begal yang meresahkan warga, dan akhirnya dapat ditumpas oleh Aki Makukuhan dan warga. Aki Makukuhan merupakan tokoh masyarakat adat dari sisi barat kali progo di daerah gunung sumbing. Sejak itu dinamakan Kali Elo agar menjadi pengingat bagi masyarakat agar kita tidak ela-elo untuk mengikuti jejak Raden Senggoroyang meresahkan warga.

Wakil Ketua Forum Komunikasi Media Tradisional Kota Magelang, Muhammad Nafi berharap dengan acara tersebut dapat mensosialisasikan materi kota layak anak secara efektif,  serta bisa bersilaturahmi dengan Pondok Pesantren Tidar  dan dapat menjalin persaudaraan dengan semua komponen yang ada di Kampung Tidar Dudan yang sangat antusias menyambut pagelaran seni tersebut. (Ret/Diskominsta)

Sebelumnya Berikutnya